Jumat, 08 Maret 2013

Tiranosaurus Rex (T-Rex) Predator Kanibal

Reputasi Tiranosaurus Rex atau yang dikenal sebagai T-Rex dalam Jurassic Park sebagai pembunuh berdarah dingin kian memburuk setelah para ilmuwan meyakini bahwa predator tersebut saling memangsa alias kanibal.

Tiranosaurus Rex Predator Kanibal

Predator-predator darat terbesar seberat 7 ton, tinggi 4 m dan panjang 12 m yang pernah ada di atas bumi ternyata merupakan kawanan kanibal, menurut penelitian baru.

Para ahli paleontologi memperhatikan tanda-tanda gigitan pada tulang dinosaurus tersebut dan setelah menganalisa lubang-lubang gigitan raksasa tersebut mereka menyadari bahwa T-Rex adalah satu-satunya karnivora besar yang bisa menyebabkan lubang-lubang tersebut.

Para ilmuwan yakin bahwa tanda-tanda tersebut disebabkan karena memakan bukan karena pertarungan, walaupun tidaklah jelas apakah bangkai tersebut diburu atau dimakan setelah berselisih dengan T-Rex lain 65 juta tahun lalu.

Yang menang mungkin memakan yang kalah, kata Dr. Nick Longrich seorang peneliti dari Universitas Yale. Dia mengatakan: "Itu adalah bukti pertama kanibalisme tapi tidaklah mengejutkan. Karnivora-karnivora besar saat ini seperti buaya dan singa melakukan hal yang sama sepanjang waktu. Itu adalah hal praktis untuk memenangkan persaingan serta mendapatkan makanan pada waktu yang sama."

Tanda-tanda tersebut nampaknya dilakukan setelah kematian yang mengimplikasikan bahwa predator tersebut memakan daging bagian luar setelah melakukan pembunuhan sebelum beralih menggerogoti tulang-tulangnya.

Dr. Longrich mengatakan bahwa penemuan tersebut merupakan petunjuk penting terhadap kebiasaan makan T-Rex (raja kadal) dan tidak seperti karnivora-karnivora besar saat ini, T-Rex lebih suka berburu sendirian daripada berburu berkelompok.

Dia mengatakan: "Hewan-hewan ini merupakan karnivora darat terbesar sepanjang waktu, dan cara pendekatan makannya sangat berbeda dengan spesies modern. Ada misteri besar mengenai apa dan bagaimana mereka makan, dan penelitian ini membantu mengungkap sebagian teka-tekinya."

Dr. Longrich membuat gebrakan tersebut saat mencari tanda gigitan hewan mamalia pada kumpulan fosil dan menemukan satu tulang yang berasal dari penggalian di Amerika bagian barat dengan lubang-lubang gigitan besar, seperti yang dilansir oleh jurnal PLoS ONE.

Dia mengatakan: "Tanda-tanda tersebut merupakan tanda yang bisa saja dibuat oleh karnivora besar manapun, tapi T-Rex adalah satu-satunya karnivora besar di bagian barat Amerika Utara 65 juta tahun lalu."

Nanti setelah mengetahui tanda-tanda gigitan tersebut berasal dari seekor T-Rex, dia baru menyadari bahwa tulang itu juga berasal dari hewan raksasa tersebut.

Dia kemudian meneliti tulang-tulang T-Rex lainnya dan menemukan bukti yang sama akan kanibalisme.

Dia mengatakan: "Fakta yang mengejutkan ialah nampaknya hal tersebut sering terjadi."

Hanya satu spesies dinosaurus lainnya yaitu Majungasaurus yang diketahui sebagai kanibal, tapi Dr. Longrich meyakini bahwa penelitian lanjutan bisa menunjukkan bahwa praktek-praktek kanibalisme tersebut lebih luas dari yang diperkirakan saat ini.

Spesies Baru Kadal Menu Makanan Reptil Vietnam

Kadal yang mengkloning diri sendiri yang sering kali ditampilkan dalam menu istimewa Vietnam ternyata merupakan spesies baru dalam dunia sains.

Spesies Baru Kadal Menu Makanan Vietnam
Kadal yang mengkloning diri sendiri

Para ilmuwan dari Amerika dan Vietnam menemukannya setelah memperhatikan bahwa semua kadal yang ada dalam tangki di satu restoran ternyata berkelamin betina.

Spesies kadal kecil Leiolepis ngovantrii sebelumnya yang tidak didokumentasikan bisa mereproduksi diri dengan kloning, menurut laporan CNN.

Kisah penemuan tersebut terjadi ketika seorang ahli reptil Vietnam mengetahui bahwa semua kadal yang disajikan dalam menu makan malam di sebuah provinsi terpencil adalah betina. Dia menghubungi seorang kolega Amerika yang kemudian terbang ke Vietnam untuk membantunya.

Dr. Lee Grismer yang terbang ke Hanoi dan kemudian menghabiskan dua hari untuk pergi ke wilayah tersebut, menurut CNN tim tersebut menemui beberapa halangan dalam perjalanan, termasuk seorang pemilik restoran yang menjanjikan untuk memberikan beberapa kadal tersebut tapi tidak bisa diantar.

"Sayangnya, sang pemilik tersebut minum-minum dan akhirnya mabuk dan memanggang kadal-kadal tersebut untuk langganan restorannya, jadi ketika kami tiba di sana tak ada lagi yang tersisa."

Tim tersebut kemudian mencari di kafe-kafe lainnya serta menyewa anak-anak untuk mencari kadal tersebut. Mereka menemukan 60 ekor dan menyadari bahwa kadal tersebut merupakan spesies baru.

"Kadal tersebut sepenuhnya merupakan garis keturunan kehidupan baru yang dimakan dan dijual di berbagai restoran," katanya. "Akan tetapi reptil tersebut merupakan sesuatu yang tidak dilihat oleh para ilmuwan selama ratusan tahun."

Namun, Dr. Grismer mengatakan bahwa memakan kadal tak mungkin menjadi populer di luar Vietnam.

"Anda mencoba satu gigitan masakan kadal tersebut dan rasanya seperti sesuatu yang sangat tua dan mati dalam mulut anda," tutupnya.

Komet Mungkin Membawa Kehidupan Ke Bumi

Kehidupan di Bumi mungkin berasal dari luar, menurut penelitian baru.

Komet Mungkin Membawa Kehidupan Ke Bumi


Simulasi komputer menunjukkan bahwa rantai panjang mengandung ikatan karbon-nitrogen bisa terbentuk selama kompresi cepat es komet. Pada proses pemuaian, rantai panjang tersebut putus dan membentuk kompleks-kompleks yang mengandung asam amino glisin yang merupakan pembangun protein.

Penelitian baru para ilmuwan di Laboratorium Nasional Lawrence Livermore (LNLL) menunjukkan bahwa komet-komet yang menabrak Bumi jutaan tahun yang lalu mungkin telah menghasilkan asam amino yang merupakan blok-blok pembangun kehidupan.

Asam amino sangat penting bagi kehidupan dan berfungsi sebagai blok-blok pembangun protein yang merupakan rantai-rantai linier asam amino.

Di edisi 12 September jurnal Nature Chemistry, Nir Goldman dari LNLL dan para koleganya menemukan bahwa melekul-molekul yang ditemukan pada komet-komet (seperti air, amonia, metanol dan karbon dioksida) mungkin saja menjadi pendorong kehidupan di Bumi. Timnya menemukan bahwa kompresi cepat dan pemanasan es komet yang menabrak Bumi bisa menghasilkan kompleks-kompleks yang menyerupai asam amino glisina.

Penelitian asal kehidupan pada mulanya memfokuskan pada produksi asam-asam amino dari bahan-bahan organik yang sudah ada di Bumi. Namun, penelitian lebih lanjut menunjukkan bahwa kondisi atmosfer Bumi sebagian besar terdiri dari karbon dioksida, nitrogen dan air. Eksperimen pemanasan cepat dan berbagai perhitungan akhirnya membuktikan bahwa sintesis molekul-molekul organik yang diperlukan untuk menghasilkan asam amino tak akan terjadi pada tipe lingkungan ini.

"Ada suatu kemungkinan bahwa produksi atau pengiriman molekul-molekul prebiotik berasal dari sumber-sumber ekstraterestrial," kata Goldman. "Pada keadaan awal Bumi, kita tahu bahwa ada pemboman dahsyat komet-komet dan asteroid-asteroid yang membawa massa organik lebih besar dari yang mungkin sudah ada di Bumi."

Komet-komet memiliki ukuran yang berbeda-beda mulai dari 1,6 km sampai 56 km. Komet-komet berukuran demikian yang melewati atmosfer Bumi menjadi panas bagian luarnya tapi bagian dalamnya tetap dingin. Pada saat bertabrakan dengan permukaan planet, gelombang getaran dihasilkan karena kompresi mendadak.

Gelombang getaran bisa menghasilkan tekanan kuat dan suhu atau temperatur dengan tiba-tiba yang bisa mempengaruhi reaksi kimia dalam komet sebelum berinteraksi dengan lingkungan planet. Konsensus publik sebelumnya menyatakan bahwa pengiriman atau produksi asam amino dari peristiwa-peristiwa tabrakan ini adalah mustahil karena pemanasan tinggi (ribuan derajat Kelvin) dari tabrakan akan menghancurkan setiap molekul-molekul yang berpotensi membangun kehidupan. (1 Kelvin sama dengan 457 derajat Fahrenheit atau 236 derajat Celcius).

Namun, Goldman dan para koleganya mempelajari bagaimana suatu tabrakan di mana es ekstraterestrial menabrak planet dengan pukulan cepat bisa menghasilkan temperatur yang lebih rendah.

"Dalam situasi ini, bahan-bahan organik kemungkinan bisa disintesiskan di bagian dalam komet selama kompresi cepat dan bertahan dari tekanan dan temperatur tinggi," kata Goldman. "Begitu bahan yang terkompresi memuai, asam-asam amino stabil bisa bertahan terhadap interaksi dengan atmosfer planet atau lautan. Proses-proses ini bisa menghasilkan konsentrasi-konsentrasi spesies-spesies organik prebiotik yang ada di Bumi dari material-material yang berasal dari luar angkasa."

Dengan menggunakan simulasi molekular dinamis, tim LNLL mempelajari kompresi cepat dalam campuran es astrofisik prototipikal (mirip dengan komet yang menabrak Bumi) pada tekanan dan temperatur ekstrim. Mereka menemukan bahwa ketika material itu mengalami proses dekompresi, asam-asam amino pembentuk protein sangat mungkin terbentuk.