Rabu, 20 Maret 2013

Kemunduran Pendidikan Islam

Kemunduran Pendidikan Islam
Apa faktor-faktor yang menjadi penyebab Kemunduran Pendidikan Islam?
Ada perbedaan pendapat tentang sejak kapan pendidikan Islam mulai mengalami kemunduran dari masa keemasannya. Sebagian sarjana berpendapat, kemunduran dan kemandekan keilmuan Islam dimulai dari abad ke-11 masehi dan seterusnya.


Sebagian yang lain mengatakan ia bermula dari abad ke-12 sampai abad ke-20. Ada yang mengatakan kemunduran Islam terjadi dari abad ke-15 atau 16 masehi mengingat masih banyaknya karya dan penemuan sarjana muslim di bidang sains dan teknologi dalam kurun waktu sebelum abad ke-16. Yang benar dari ketiga pendapat di atas tentu tergantung dari sisi mana kita memahami makna dari kemunduran itu sendiri. Namun yang jelas, semua sarjana sepakat terjadinya kemunduran pendidikan Islam terjadi sejak abad ke-16 sampai sekarang.
Pertanyaan yang tak kalah penting adalah apa faktor  utama penyebab kemunduran pendidikan dan keilmuan Islam? Berbagai pandangan muncul antara lain (a) perubahan teologi dari Mu’tazilah ke Asy’ariyah yang cenderung fatalistik; (b) pengaruh Imam Ghazali dengan pendekatan sufistiknya dan penentangannya yang keras pada filsafat; (c) serangan atau invasi musuh dari luar yang datang silih berganti menghabiskan sumber daya; (d) perdebatan intelektual yang kurang ditolerir dan (e) kebebasan berpendapat yang dibatasi.
Kemiskinan Penyebab Mundurnya Pendidikan
Ibnu Khaldun (1332-1406 M) dalam Al Muqaddimah membahas sejumlah faktor yang sangat penting untuk tercipta tumbuh-kembangnya sains dan ilmu pengetahuan lain serta hal-hal yang akan berakibat pada kemundurannya.
Ibnu Khaldun mengatakan bahwa apabila suatu profesi atau keahlian tertentu sangat dibutuhkan, maka banyak orang akan mencoba untuk mempelajarinya, begitu juga apabila tidak ada permintaan maka keahlian tersebut akan diabaikan dan hilang. Apalagi, kalau kebutuhan itu datangnya dari negara, karena negara merupakan pasar terbesar yang dapat menampung sumber daya manusia (SDM). Oleh karena itu, kemunduran atau kemiskinan suatu negara akan berdampak pada mundurnya keahlian.
Dalam bab lain di kitab yang sama Ibnu Khaldun mengatakan bahwa negara yang hampir bangkrut akan kekurangan tenaga ahli. Ketika sebuah negara menjadi lemah dan miskin, penduduknya berkurang, maka SDM pun hilang. Karena itu pula, tumbuh-suburnya sains berbanding lurus dengan meningkatnya kemakmuran dan besarnya peradaban suatu negara.
Ide Ibnu Khaldun itu disepakati oleh sarjana modern seperti J. Bernal. Bernal mengatakan bahwa lajunya pertumbuhan sains berbanding lurus dengan pertumbuhan ekonomi dan kemajuan teknologi. Begitu juga sebaliknya, masyarakat yang stagnan dan dekaden selalu bersamaan dengan periode kemerosotan aktivitas ekonomi suatu negara.
Mengapa Negara Islam Miskin?
Apabila kemiskinan menjadi penyebab utama dari kemunduran pendidikan di negara-negara Islam sejak abad ke-16 sampai sekarang, maka pertanyaan berikutnya adalah apa penyebab kemiskinan negara-negara Islam yang asalnya makmur itu?
Pandangan umum dari soal ini sangat beragam antara lain adalah terjadinya mismanajemen politik pasca era khilafah awal (abad ke-10 dan seterusnya), keterlibatan asing dengan pasung invasi dan kekuatan kolonialisme yakni Perang Salib pada abad ke-11, Empirium Mongol pada abad ke-13, Perang Salib II abad ke-15 dan empirium penjajah Eropa pada abad ke-19 dan 20.
Ahmad Y Hassan, Professor Emeritus di Institute for the History of Arabic Science (IHAS), University of Aleppo, Kanada, membagi penyebab kemunduran negara Islam dalam beberapa faktor. Yang utama adalah invasi kekuatan asing, bencana alam dan epidemik, hilangnya Perdagangan Internasional.
Invasi Asing
Sebagaimana disinggung di muka, negara-negara Islam diserang dari Timur oleh Pasukan Mongol  dan Barat oleh pasukan Salib. Antara tahun 1096 sampai 1291 tidak kurang dari tujuh kali invasi Eropa dengan nama Perang Salib dilakukan terhadap kawasan Arab; dan satu Perang Salib atas Konstantinopel (sekarang Turki). Tiga yang pertama yaitu pada tahun 1096, 1147, 1189 difokuskan pada Suriah, termasuk Palestina. Perang Salib keempat (1204) menyerang Konstantinopel, sedang Perang Salib yang kelima, keenam dan ketujuh diarahkan ke Tunisia.
Usaha perlawanan untuk mengusir invasi Pasukan Salib selama dua abad telah menguras perekonomian dan memperlemah pusat-pusat perkotaan Arab. Tugas besar itu baru selesai setelah Suriah dan Mesir bersatu di bawah Al Ayyubi dan dinasti Mamluks pasukan Salib dapat ditaklukkan dan diusir.
Pada pertengahan abad ke-13 masehi, saat pasukan Islam sedang sibuk mempertahankan diri mengusir Pasukan Salib, invasi lain datang dari Timur. Jengis Khan dari Mongolia melancarkan serangan mematikan. Kawasan Islam bagian Timur seperti Samarkand, Bukhara dan Khowarizmi jatuh ke tangan mereka. Setelah Jengis Khan meninggal pada 1227, invasi diteruskan oleh Hulagu dengan pasukan sebanyak 200.000. Pada Februari 1258 Baghdad jatuh ke tangan mereka. Khalifah Abbasiyah Al Musta’sim terbunuh dan sistem khilafah dihapus. Peristiwa ini menandai akhir dari era keemasan peradaban Islam.
Bencana Alam dan Epidemik
Bencana alam menjadi fenomena Abad Pertengahan yang juga sangat mempengarahi aspek sosial dan ekonomi. Pada 968M, kekeringan pada sungai Nil di Mesir telah menyebabkan kelaparan dan kematian sebanyak 600.000 orang. Kelaparan dengan sebab keringnya sungai Nil juga terjadi selama tujuh tahun antara 1066 sampai 1072.  Kelaparan ini menjadi permulaan dari sejumlah bencana alama yang berdampak pada dispopulasi Mesir. Pada 1201 dan 1202  kelaparan besar yang diikuti dengan epidemik dan memakan korban banyak yang meninggal kembali terjadi di Kairo.
Namun, bencana terbesar yang terjadi pada Abad Pertengahan adalah epidemik yang terjadi selama tiga tahun berturut-turut yaitu pada 1347, 1348 dan 1349 yang di Eropa dikenal dengan Black Death (Kematian Hitam) yang mengancam tidak hanya dunia Islam tapi juga Eropa. Ribuan meninggal setiap hari. Penduduk Mesir, Syria dan Irak berkurang sepertiga. Black Death disusul dengan sejumlah epidemik sampai abad ke-19.
Hilangnya Kontrol Perdagangan Dunia
Negara Islam pada abad pertengahan menguasai rute perdagangan dunia. Timur Tengah menjadi pusat perputaran ekonomi internasional. Dan itu antara lain sebabnya mereka memiliki sumber daya ekonomi yang besar.. Akan tetapi, penemuan Dunia Baru dan rute baru ke Timur telah membawa keuntungan ekonomi luar biasa bagi Eropa yang makmur dengan emas, perak, rempah-rempah dan produk lain hasil rampasan. Distribusi kekayaan antara Eropa dan kawasan Islam berubah secara drastis. Pusat perdagangan dunia pun telah berubah dari laut Mediterania dan Samudera Hindia ke laut Baltik dan Samudera Atlantik.
Bangkitnya empirium perdagangan menciptakan sebuah sistem eksploitasi di mana Eropa menjadi penyuplai produk manufaktur bernilai tinggi sementara negara-negara jajahan, termasuk negara-negara muslim, menyuplai bahan mentahnya.
Kesimpulan
Ketertinggalan dan kemerosotan pendidikan umat Islam dari era keemasan Islam pada Abad Pertengahan sampai sekarang tidak ada hubungannya dengan mazhab teologi Asy’ariah yang cenderung fatalistik; atau pengaruh Ihya Ulumuddin-nya Al Ghazali yang menyerukan umat lari ke tasawwuf. Tidak pula dari pengaruh Al Ghazali yang antipati terhadap filsafat.
Penyebab utama ketertinggalan suatu negara dalam pendidikan adalah faktor kemiskinan atau keterbelakangan ekonomi. Fakta bahwa negara-negara Islam masuk kategori negara berkembang (developing countries)dan baru menikmati kemerdekaan sekitar enam atau tujuh dekade lalu menunjukkan bahwa tidak ada satupun negara Islam yang termasuk negara maju (developed countries) yang kaya dan maju secara teknologi dan sains .
Namun demikian, pintu kemajuan masih akan selalu terbuka bagi siapa saja yang memiliki determinasi untuk belajar dari sejarah masa lalu yang akan membantu kita melihat ke masa depan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

diperbolehkan komentar asalkan kata-katanya sopan
Bila ada pertanyaan harap Tulis langsung